Kamis, 13 Januari 2011

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya bagi Allah subhaanahuu wa ta'aalaa semata. Sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad Shallallaahu 'Alaihi wa Sallam, keluarga, para shahabat dan pengikutnya.
Ketahuilah, semoga rahmat Allah selalu terlimpah pada kita, bahwa ajaran agama yang paling penting untuk dipelajari dan diajarkan kepada orang lain adalah shalat. Hal itu antara lain pernah ditegaskan oleh junjungan kita, Nabi Muhammad shallal-laahu 'alaihi wa sallam dalam sebuah hadits sahih :
Aku didatangi Jibril ‘alaihis salaam pada awal-awal turunnya wahyu kepadaku. Dia mengajarkan kepadaku wudhu’ dan shalat.”  (HR. Ahmad, Baihaqi dan Hakim).
Shalat merupakan sarana komunikasi langsung yang membuk-tikan bahwa sorang manusia meyakini terhadap Allah subhaana-huu wa ta'aalaa. Tanpa mengerjakan shalat maka akan putuslah hubungannya dengan Allah, yang berarti boleh jadi dia tidak percaya atau mengingkari Allah subhaanahuu wa ta'aalaa. Karena perkara shalat inilah Allah memberikan keutamaan dan pahala yang besar bagi yang menunaikannya dan mengancam dengan siksa yang pedih bagi yang mengabaikannya.
Kalau kita bandingkan kenyataan zaman sekarang dengan apa yang ada pada zaman Rasullullah shallallaahu 'alaihi wa sallam dan para shahabatnya akan dijumpai suatu perbedaan yang sangat jauh. Para shahabat radhiyallaahu ‘anhum ajma’iin melaksanakan shalat lima waktu dengan tertib yaitu selalu berjama’ah, di awal waktu dan di tempat dimana adzan dikumandangkan (di masjid). Syaikh Zakaria rahmatullaah ‘alaih menulis dalam Kisah Sahabat berdasarkan riwayat dari Abdullah bin Umar, Abdullah bin Abbas dan Abdullah bin Mas’ud radhiyallaahu ‘anhum ajma’iin bahwa ketika para sahabat sedang berdagang atau bekerja kemudian mendengar suara adzan, maka mereka langsung meninggalkan perdagangannya/ pekerjaannya berjalan menuju masjid. Mengenai orang-orang inilah Allah berfirman :
“Lelaki-lelaki yang tidak dilalaikan oleh perdagangan dan jual beli dari mengingat Allah, mendirikan shalat dan membayar zakat” (QS. An Nur (24) : 37)
Para sahabat juga melaksanakan shalat dengan khusyu’ dan khudhu’ sehingga shalat mereka mendatangkan pertolongan Allah subhaanahuu wa ta'aalaa. Satu kisah, Sa’ad bin Abi Waqqash radhiyallaahu ‘anhu bersama 3000 pasukannya hendak melewati sungai Dajlah (di Irak) dimana tidak ada perahu sebagai sarana untuk menyebrang. Maka beliau perintahkan dengan takbir 3 kali. Takbir pertama sebagai isyarat berwudhu’, takbir   kedua   isyarat   untuk   mendirikan shalat, dan takbir  ketiga  isyarat  naik  kuda untuk meneruskan perjalanannya. Dengan pertolongan Allah, beliau dan pasukannya berjalan di atas sungai dengan kudanya tanpa tenggelam. Allahu Akbar !!!
Para sahabat betul-betul mendirikan shalat menurut perintah Rasullullah shallallaahu 'alaihi wa sallam yang bersabda, “Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat." (HR. Bukhari). Mereka tertib melaksanakan shalat lima waktu dengan berjama’ah. Dalam kehidupan sehari-haripun mereka berjamaah, bersifat kasih sayang dan  saling tolong menolong. Hati dan gerak-an mereka seolah menjadi satu, sehingga walaupun mereka jumlahnya sedikit mampu mengalahkan musuh-musuhnya yang berjumlah puluhan kali lipat. Hal ini terjadi karena Allah telah ridha kepada mereka dan bersama mereka ada kekuatan dan pertolong-an Allah subhaanahuu wa ta'aala.
Sementara di zaman sekarang ibadah shalat baru dipandang sebagai beban kewajiban, belum sampai pada tingkat kesadaran bahwa shalat sebagai kebutuhan. Akibatnya sebagian orang malas dan enggan mendirikan shalat, dan ada orang yang melaksanakan shalat tetapi tidak menunaikan dengan tertib. Suara adzan yang dikumandangkan dengan suara yang keras seakan jatuh ke banyak telinga yang tuli. Anjuran Rasullullah shallallaahu 'alaihi wa sallam untuk shalat berjama’ah dengan janji 27 kali lipat pahala dari shalat sendirian tak berhasil memikat hati. Akibatnya umat Islam yang banyak seperti buih di lautan, dipermainkan ombak, dilempar ke tepian dan dimarginalkan. Mereka menjadi sulit bersatu, mudah dipecah-belah dan mudah dihasut sehingga selalu saling bermu-suhan. Akhirnya niatan kaum kafir untuk menguasai umat Islam sulit dicegah.
Mengenai umat akhir zaman yang suka melalaikan shalat pernah disampaikan oleh Baginda Rasullullah shallallaahu 'alaihi wa sallam :
“Abu Hurairah radhiyallaahu 'anhu meriwayatkan,"Setelah Isya’ aku bersama 'Umar bin Khathab radhiyallaahu 'anhu pergi ke rumah Abu Bakar as-Shiddiq radhiyallaahu 'anhu untuk suatu keperluan.  Sewaktu melewati pintu rumah Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam, kami mendengar suara rintihan. Kami pun ter-henyak lalu berhenti sejenak. Kami dengar Rasulullah menangis dan meratap. 'Ahh... andaikan saja aku dapat hidup terus untuk meli-hat apa yang diperbuat oleh umatku terhadap shalat.  Ahh...aku sungguh menyesali umatku.'
'Wahai Abu Hurairah, mari kita ketuk pintu ini,' kata 'Umar radhiyallaahu 'anhu. 'Umar kemudian mengetuk pintu. 'Siapa?' Tanya 'Aisyah radhiyallaahu 'anha  'Aku bersama Abu Hurairah.'              Kami meminta izin untuk masuk dan ia mengizinkannya. Setelah  masuk,  kami  lihat Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam sedang bersujud dan menangis sedih, beliau berkata dalam sujudnya: "Duhai Tuhanku, Engkau adalah Waliku bagi umatku, maka perlakukan mereka sesuai sifatMu (Maha Pengasih) dan jangan perlakukan mereka sesuai perbuatan mereka."
'Ya Rasulullah, ayah dan ibuku menjadi tebusanmu. Apa gerangan yang terjadi, mengapa engkau begitu sedih?' kata 'Umar radhiyallaahu 'anhu.
'Wahai 'Umar, dalam perjalananku ke rumah 'Aisyah sehabis mengerjakan shalat di mesjid, Jibril mendatangiku dan berkata, 'Wahai Muhammad, Allah Yang Maha Benar nengucapkan salam kepadamu,' kemudian ia berkata, Bacalah!' 'Apa yang harus kubaca?' Jibril berkata, 'Bacalah firman Allah :
Maka datanglah sesudah mereka pengganti (yang jelek) yang  menyia-nyiakan   shalat   dan   memperturutkan   hawa nafsunya, mereka kelak akan menemui kesesatan. (QS. Maryam, 19:59)
Aku tanya,'Wahai Jibril, apakah sepeninggalku nanti umatku akan mengabaikan shalat?' Jibril menjawab,'Benar, kelak di akhir zaman akan atang sekelompok manusia dari umatmu yang mengabaikan shalat, mengakhirkan shalat hingga keluar dari waktunya, dan memperturutkan hawa nafsu. Bagi mereka satu dinar lebih berharga daripada shalat." (Hadits ini diriwayatkan juga oleh Ibnu ‘Umar radhiyallaahu 'anhu)
Atas dasar inilah, kita semua merasa punya tanggungjawab untuk bersama-sama memperbaiki tertib dan kualitas shalat kita, sehingga shalat kita sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam. Dalam pembahasan ini akan dikaji tuntunan shalat dari takbir hingga salam menurut riwayat hadits, Kita upayakan juga bisa menterjemahkan bacaan dalam shalat setiap kata demi kata atau kalimat, yang akan memudahkan kita untuk memahami dan menghayati bacaan shalat. Demikian pula ada sedikit penjelasan fiqhiyah berdasarkan hadits sahih dari ulama yang terpercaya dan kita akan merasakan juga betapa dahsyatnya gerakan shalat bagi kesehatan jasmani dan ruhani.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar